Keesokan harinya,
Jeff mencondongkan wajahnya dan lalu mengecup bibir Viola sebentar namun dalam. Beberapa betik kemudian ia lepas kecupan itu.
"Thank you, Jeff sudah di antarin pulang," ucap Viola, kini sudah berada di depan gedung apartemen taman anggrek.
"Iya, sama-sama, Sarah. Nanti saya hubungin kamu lagi."
"Iya."
Jeff sebenarnya tidak rela berpisah dari wanita ini, ia ingin bertahan lebih lama. Namun, mau tidak mau ia harus mengantar Sarah pulang ke tempat tinggalnya. Karena pagi ini mereka akan kerja. Jeff melihat jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 06.10 menit.
Jeff melihat Viola keluar dari mobilnya, ia membuka power widow, wanita itu melambaikan tangan ke arahnya. Dan ia pun meninggalkan area tower apartemen dengan perasaan suka cita. Oh God, ia tidak menyangka bahwa pertemuannya dengan Sarah semenyenangkan ini.
Sementara di sisi lain Viola menatap kepergian Jeff, ia lalu memesan taxi online melalui ponselnya. Beberapa menit menunggu akhirnya mobil bluebird berhenti tepat di depan lobby. Viola pun masuk ke dalam, dan mobil bluebird membawanya pergi menuju kostnya yang terletak di Setiabudi.
***
Setengah jam kemudian, akhirnya Viola tiba di depan gedung kostnya. Ia terima kasih kepada driver yang sudah mengantarnya pulang. Viola membuka pintu pagar, ia melihat bangunan gedung kost berlantai lima di sana. Ia melihat jam di ponselnya menunjukan pukul 07.00.
Viola masuk ke dalam lift, karena kamar kostnya berada di lantai tiga. Ia membuka pintu kamarnya, seketika ia memandang Emi yang baru saja keluar dari kamar, wanita itu masih mengenakan pakaian tidurnya. Wanita itu menyungging senyum.
"Nginep sama si Jeff?" Tanya Emi, karena ia tahu bahwa sahabatnya itu tidak pulang ke kost kemarin setelah pertemuan dengan pria bernama Jeff.
Viola mengangguk, "Iya. Lo mau denger cerita gue, kan?"
Emily tertawa, "Iya dong, denger lo balik aja gue langsung keluar kamar."
Viola ikut tertawa, ia tahu bahwa Emi pasti penasaran apa yang terjadi antara dirinya dan Jeff. Ia melihat Emi masuk ke dalam kamarnya. Viola menghidupkan AC dan membuka gorden, agar pencahayaan masuk. Viola meletakan tasnya di meja.
"Terus, kalian ke mana aja? Jeff itu beneran CEO Tokopedio itu kan?" Tanya Emi, ia memilih duduk di sisi tempat tidur.
Viola mengangguk, "Yes, lo bener. Dia Jeff Sebastian si CEO itu. Sumpah, dia lebih ganteng aslinya dari pada di foto."
"Terus, terus."
"Mobilnya keren parah, kayak punya boss kita, pak Ray."
"Serius?"
"Iya, serius."
"Bukannya akhir-akhir ini pak Ray pakek mobil Rolls Royce yang super mahal itu."
"Bukan mobil itu, yang biasa dia pakek mobil SUV Mercedes Benz."
"Owh, gue tau. Yang warna item itu kan?"
"Iya, tapi punya si Jeff warna putih. Sumpah ya, baru kali ini gue naek mobil mahal."
"Terus, terus, doi naksir lo nggak pertama kali ketemu, secara lo all out abis," ucap Emi, ia memang mengakui kecantikan Viola.
"Naksir sih nggak tau. Kalau ngobrol ya nyambung. Ngobrolin apa aja, diskusi masalah ini, itu, terus after diner dia ngajakin gue ke pantai."
"Pantai mana?" Tanya Emi semakin penasaran.
"PIK."
"Malem-malem?"
"Iya. You know lah, terus habis itu dia ngajakin gue move ke hotel."
"Lo mau?"
Viola tertawa, dan mengangguk, "Iya, mau."
"OMG! Jadi lo sama dia udah anu?"
Viola lalu tertawa geli, "Ya, gimana mau nolak, sexy kayak gitu. Hot abis."
"Mainnya oke nggak?"
"Oke banget, sampe capek gue."
"Ya ampun, pasti oke banget dia mainnya sampe lo capek gini. Puas nggak?"
Viola tertawa, "Ah, lo demen banget cerita ginian."
Viola menatap Emi, "Dia tau nya gue Sarah, gimana dong?"
"Biarin aja lah. Atau lo mau ghosting aja?"
'"Maunya sih gitu. Seriusan gue bukan nggak mau sama dia. Takut gua, sama cowok yang ganteng, terus tajir."
"Iya, bener banget, gue sama kayak lo. Takut di mainin, iya kan?"
"Iya, betul. Gue nggak mau ngarep deh sama dia. Cukup tau aja."
"Kalau dia hubungin lo lagi, bagaimana?" Tanya Emi.
"Untuk Minggu ini sih, gue jalani aja sih, satu atau dua kali. Setelah itu bye-bye."
"Jangan lama-lama, takutnya nanti lo gagal move on."
"Bener banget. Gue males kalau udah cinta banget, susah ngelepasnya."
"Iya."
Viola dan Emi lalu tertawa geli menceritakan tentang Jeff,
"Asal lo nggak jatuh cinta aja sih sama dia."
"Enggak lah, gue cuma mau main-main aja. Kapan lagi kan sama CEO."
"Sarapan yuk, laper gue," ucap Viola.
"Sarapan apa?" Tanya Emi.
"Makan nasi uduk di depan."
Emi merenggangkan otot tubuhnya, ia beranjak dari duduknya, "Gue mandi dulu, ya."
"Gue juga mau ganti baju dulu. Siap-siap mau ngantor," ucap Viola.
Viola menatap Emi keluar dari pintu kamarnya. Ia lalu melesat ke kamar mandi mengganti pakaiannya. Ia menatap penampilannya di cermin kamar mandi, ia mungkin saat ini sudah gila karena mau saja di ajak tidur dengan Jeff di hari pertama mereka bertemu.
Ia masih ingat bagaimana tadi malam Jeff menghujami dirinya berkali-kali, bahkan permainan mereka sangat panas. Lalu paginya di kamar mandi mereka melakukan lagi di bawah guyuran air hangat membasahi tubuh mereka berdua. Ia seperti wanita yang haus akan belaian, tapi ia tidak bisa membohongi dirinya bahwa itu memang sangat nikmat permainan Jeff.
Jujur ia sebenarnya bukan wanita penganut paham free sex, ia hanya melakukan itu dengan pasangannya. Ia juga tidak membenarkan tindakannya ini. Namun ia sudah berusia 28 tahun, status juga single, ia cukup dewasa dan bisa mengontrol diri. My body my rules, ia tahu bahwa dalam ajaran agama tindakan ini tidak dibenarkan, namun kembali lagi dengan sudut pandang dari kaca mata berbeda. Ia melakukan ini juga tidak menyakiti atau merugikan orang lain kecuali nanti yang dirugikan adalah dirinya sendiri.
***
Viola mengenakan rok span berwarna coklat dipadukan dengan blouse tanpa lengan. Ia lalu duudk di kursi, mengenakan makeup nya. Setelah mengenakan makeup, Viola mengambil tas coach, ia memasukan perlengkapan make upnya. Ia mendengar suara ponselnya bergetar. Ia melihat kea rah layar ponsel.
"Jeff Calling"
Viola menggeser tombol hijau pada layar, "Iya, halo Jeff," ucap Viola.
"Hai, kamu lagi apa?" Tanya Jeff, ia baru saja keluar dari kamar mandi.
"Saya mau bersiap-siap pergi ke kantor."
"Kamu ngantor hari ini?"
"Iya, ada beberapa pekerjaan yang harus saya kerjakan."
Jeff memilih duduk di sofa, ia meneguk air mineralnya, "Nanti sore, saya jemput kamu di kantor."
Viola mengusap tengkuknya yang tidak gatal, "Jangan Jeff, lebih baik kita bertemu di luar saja," ucap Viola.
Jeff mengangguk, "Yaudah kalau begitu. Kamu mau bertemu di mana?"
"Di Excelso Setiabudi saja," ucap Viola, karena di sana jaraknnya tidak jauh dari kantornya.
"Kamu hati-hati pergi ke kantor."
"Iya."
Viola menutup telfonya, ia tidak menyangka bahwa Jeff akan bertemu dengannya lagi hari ini. Viola tidak masalah jika ia bertemu dengan Jeff, toh Jeff sangat menyenangkan. Namun ia tidak ingin identitasnya diketahui oleh Jeff. Viola lalu berpikir, ia kembali ke arah lemari, ia mengambil bodycon dress berwarna hitam yang menggantung. Ia menyungging senyum, ia akan menikmati dan bersenang-senang dengan Jeff dalam satu Minggu ini.
Viola lalu keluar dari kamar, ia menatap Emi sudah menunggunya di bawah, sahabatnya itu tersenyum lalu merangkul bahunya dan lalu mereka menuju pintu pagar.
"Lo tau nggak?"
"Apa?"
"Jeff mau ketemu lagi."
"Ya ampun, terus?"
"Dia mau jemput gue. Cuma gue bilang jemput di luar aja jangan di kantor. Gila aja tau tempat kerja kita."
"Iya, bener banget. Kangen sama lo tuh."
"Apa gue udahin aja kali ya? Gua takut jatuh cinta sama dia."
"Yah, menurut lo aja sih, enaknya gimana. Tapi lebih cepet selesai lebih baik."
"Iya sih bener."
Viola dan Emi melangkahkan kakinya menuju nasi uduk langganan mereka, membeli dua bungkus untuk sarapan di kantor. Setelah itu mereka berhenti di Point Indomaret, memesan dua kopi. Biasa mereka berangkat ke kantor berjalan kaki, karena jaraknya memang tidak terlalu jauh dari kantor.
***