Jeff menyesap kopinya, ia menatap Felix yang berada di hadapannya, mereka brunch bersama hari ini. Awalnya ia ingin mengajak Ray, tapi Ray disibukan dengan wanita barunya bernama Krystal tetangga samping rumahnya. Katanya dia sedang melakukan pendekatan secara intens, sehingga pergi kerja bersama-sama, padahal kantornya dan butik wanita itu berlawanan arah.

"Bagaimana kemarin?" Tanya Felix, ia meletakan cangkir di meja itu lagi.

Jeff menyungging senyum, "Not bad, masuk ke kriteria gue," ucap Jeff.

"Berarti tandanya lo suka dia?"

Jeff mengangguk, "Iya, dia oke. Sepertinya cari jodoh di dating apps, nggak buruk-buruk amat."

"Really?"

"Yes."

"Terus kemarin udah ngapain aja?"

Jeff tertawa, "Mau tau aja, lo?"

"Lo jarang deket sama wanita, Jeff, sekalinya dapet, gitu deh, nggak mau cerita," dengus Felix.

"Come on, dia kayak apa?" Felix semakin penasaran.

"Cantik, body oke, ngobrol nyambung, wawasannya luas."

Felix memicingkan matanya, "Kemarin cuma ngobrol aja atau langsung chek in hotel," ucap Felix, karena ia tahu bahwa sahabatnya ini bukan pria suci, jika suka pasti akan berakhir di ranjang.

Jeff tertawa, "Lo udah tau jawabannya."

Felix ikut tertawa, "Terus, gimana?"

"Gue sih, oke. Enggak tau kalau Sarah bagaimana. Soalnya susah sih cari chemistry yang kuat, natural seperti ini. Nanti sore gue rencananya mau ketemu dia lagi, pulang kerja."

Felix menyuging senyum, ia bersyukur bahwa sahabatnya ini sudah menemukan wanita yang tepat dalam hidupnya. Ia hanya bisa mendukung saja.

"Kayak gimana orangnya?" Tanya Felix penasaran.

Jeff mengambil ponselnya, ia tadi malam memang tidak berselfie bersama. Namun ia membuka akun aplikasi dating apps, dan memperlihatkan foto Sarah kepada sahabatnya itu.

"Bagaimana?" Tanya Jeff.

"Cantik," ucap Felix setelah melihat foto wanita bernama Sarah.

"Menurut gue cantik aslinya sih dari pada di foto."

"Really?"

"Of course."

"Gue dukung lo sama dia. Kalau bisa ajak dia ngumpul bareng kita."

Jeff tertawa, "Next time pasti gue ajak."

"Setelah muter-muter, akhirnya lo ketemu juga pasangan yang menurut lo cocok."

"Exactly. Ketemunya di dating apps."

"Lo tau kan? Kalau gue nggak mau nikah kalau gue nggak jatuh cinta."

"Sekarang lo jatuh cinta sama dia?"

"Belum sih, baru mulai suka."

"Yaudah, kejar men."

Jeff dan Felix lalu membicarakan tentang pekerjaan, ekonomi dan politik. Setelah itu mereka kembali ke kantor masing-masing, karena memang masih berada dalam satu kawasan.

***

Seperti biasa suasana kantor Viola, disibukan dengan pekerjaan yang monoton. Mengerjakan laporan, mengurusi acara gathering marketing. Membuat laporan, lalu dilanjutkan dengan berbagai meeting, lalu meeting dengan klien. Jam istirahat sebagian karyawan ada yang keluar mencari makan di kantin gedung dan sebagian lagi ada yang memenuhi ruang makan memesan gofood.

Berhubung kebanyakan rapat diadakan setelah makan siang, maka ia lebih memilih fokus mengerjakan pekerjaanya terlebih dahulu. Jika ditanya sangat membosankan tentang permeetingan, tentu saja ia mengatakan yes dengan lantang. Karena materi meeting diisi yang sudah ia hafal di luar kepala.

Jam lima sore, karyawan sudah mulai banyak yang pulang. Kecuali ada beberapa manager yang masih stay di tempat. Ia dan Emi sudah bersiap-siap untuk pulang. Lift membawa mereka munuju lantai dasar.

"Lo temenin gue ganti baju?" tanya Viola kepada Emi.

Emi mengangguk, "Iya, dong."

Pintu lift terbuka, mereka lalu melangkahkan kakinya menuju toilet. Ia melihat ada beberapa karyawan yang masuk. Viola masuk ke dalam, ia mengganti pakaian kerjanya dengan bodycon dress berwarna hitam dengan tali spaghetti. Ia memasukan pakaian kerjanya ke paperbag, ia keluar menatap Emi yang sedang berkaca.

"Gue bantu make up ya," ucap Emi.

Viola mengangguk, "Iya, boleh."

Viola mengeluarkan alat makeup nya, begitu juga dengan Emi. Emi merapikan alis dan mengukirnya secara sempurna dengan pensil alis.

"Kayaknya next time habis gajian, kita kata sulam alis deh, Vi."

"Iya, gue maunya gitu sih. Biar nggak ribet ngukir gini," ucap Viola.

"Lo sama Jeff, mau ke mana sih?" Tanya Emi lagi.

"Enggak tau, diner mungkin. Mau gelap gini," ucap Viola.

"Nginep lagi nggak?"

"Enggak tau."

"Nginep juga nggak apa-apa, sebelum say good bye," Emi tertawa geli, ia mengoleskan lipistik berwarna merah pada bibir Viola.

"Enggak apa-apa ya, pakek lipstick merah, cantik loh pakek lipstick mereka, lebih kelihatan sexy."

"Yaudah enggak apa-apa," ucap Viola, karena ia tahu selera Emi itu baik, dia memiliki bakat terpendam jadi MUA.

Setengah jam berlalu, akhirnya ia sudah selesai. Viola menitipkan paperbag berisi pakaiannya kepada Emi. Merekapun lalu berpisah, ia memilih jalan kakinya menuju Excelso. Ia melihat mobil Jeff sudah berada di sana, sepertinya pria itu baru saja datang.

Viola melihat ke belakang, lalu ke kiri dan kekanan, ia memastikan bahwa tidak ada teman sekantornya melihat dirinya di sini. Viola bersyukur bahwa tidak ada yang melihatnya, karena kebanyakan teman sekantornya pulang ke arah sana, bukan masuk ke Excelso Setiabudi One.

Viola mendengar ponselnya bergetar, ia melihat nama "Jeff Calling" Viola lalu menggeser tombol hijau pada layar, ia letakan ponsel itu di telinga kirinya.

"Kamu di mana?" Tanya Jeff.

Viola menyungging senyum, "Saya ada di belakang kamu," ucap Viola menatap punggung Jeff dari belakang tepatnya di depan pintu masuk.

Jeff lalu menoleh ke belakang, ia menatap seorang wanita mengenakan dress hitam di sana. Ia dapat melihat senyum cantik itu lagi. Ia lalu mendekati Sarah dan memeluk tubuh itu. Penampilannya sangat cantik, bibir penuhnya terlihat lebih fresh karena dia mengenakan lipstick berwarna merah.

Viola membalas pelukan Jeff, ia mendongkan wajahnya menatap wajah tampan itu.

"Mau ke mana?" Tanya Viola.

"Diner," ucap Jeff, ia melihat langit sudah berwarna jingga sebentar lagi akan gelap.

"Diner di mana?"

"Bottega Ristorante."

"Berarti di Mega Kuningan," ucap Viola, ia tahu bahwa restoran fancy itu masih dikawasan Mega Kuningan.

"Iya, nggak terlalu jauh dari sini. Jam pulang kantor seperti ini macet, kalau mau cari yang agak jauhan."

"Iya bener," Viola membenarkan.

Jeff membukakan pintu mobil untuk Viola, dan Viola mendaratkan pantatnya di kursi ia tidak lupa memasang sabuk pengaman. Ia memandang Jeff berada di kemudi setir, setelah itu mobil meninggalkan area coffee shop. Kini mobil Jeff menuju Bottega Ristorante.

***

Beberapa menit kemudian,

Akhirnya mereka tiba di area restoran. Viola tahu bahwa restoran cantik ini berada di kawasan Mega Kuningan yang sudah terkenal. Ia pernah ke sini bernama Emi tahun lalu, di sini tempat yang hit untuk diner. Berhubung restoran ini dibagian depan dari gedung perkantoran, jadi parkirnya di area depan kantor.

Viola dan Jeff masuk ke dalam mereka di sambut hangat oleh server yang berjaga. Server mengantar mereka ke salah table kosong. Ia melihat beberapa table di dekat mereka terisi. Desain interior restoran ini bagus, romantic classy. Lampu-lampu gantung di setiap table menambah kesan mewah dan terlihat jelas bahwa ini restoran mahal. Restoran ini terbagi dua indoor dan outdoor. Namun mereka memilih indoor.

Jeff memesan Pig ears, chicken quessedilla, Ribs, spaghetti carbonara dan notella banana, tidak lupa Jeff memesan wine. Mereka menatap server meninggalkan mereka. Jeff menatap Viola, ia pandangi wajah cantik itu.

"Kerjaan kamu bagaimana?" Tanya Jeff.

"Berjalan dengan lancar, kalau kamu?"

"Seperti biasa, ya gitu-gitu saja."

"Oiya, saya mau bilang sesuatu kepada kamu."

"Apa?"

Jeff menyungging senyum, "Kamu cantik sekali malam ini, Sarah," ucap Jeff.

Viola tertawa, "Thank you, kamu juga sangat tampan Jeff."

"Terima kasih Sarah."

***

Got an error? Report now
Comments

Comments [0]