"Aku tidak tega, aku tidak ingin baby trauma. Baby juga sudah berjanji jika dia tidak akan akan berbicara kasar lagi, dan aku yakin jika baby tidak akan mengingkarinya."

Penjelasan itu datang dari Kairin saat semua mata menatap ke arahnya. Ini mengenai Leno yang di bebaskan dan Kairin tidak mematuhi hukuman yang telah mereka sepakati.

Tidak masalah jika Kairin mendapatkan hukuman dari mereka nantinya, yang jelas dia melakukan semua ini demi bayinya.

"Untuk pertama dan terakhirnya, Kai." Diegar berucap. "Kau tahu, bukan hanya kau saja yang bisa luluh. Kami pun sama, tapi ... kami sudah berusaha agar tidak terpengaruh oleh bujuk rayu baby."

Hukuman yang mereka berikan bukan tanpa alasan, mereka tidak mau jika nantinya Leno mengulangi kesalahan yang sama, bayangkan jika nanti Leno berkata kasar dan setelah itu dia meminta maaf lagi lalu di maafkan.

Bukankah itu di namakan dengan percuma, Leno nantinya tidak akan pernah takut dengan hukuman yang mereka berikan karena mereka mudah luluh.

"Benar, Kairin. Untuk yang satu ini, aku setuju dengan apa yang Diegar ucapkan," sahut Revon. "Kita harus membuat baby takut agar nantinya dia tidak akan mengulanginya lagi."

Levanya serta Askar juga mengangguk, karena apa yang diucapkan oleh Leno begitu fatal, itu adalah tindakan yang tidak sopan.

"Aku berjanji," Kairin menjawab, untuk pertama dan terakhir kalinya dia akan berusaha menahan dirinya agar tidak luluh dengan bayinya itu.

Di sana, Leno dan Dita yang tengah bermain menyusun balok hanya diam dan fokus, mereka juga sedikit menguping pembicaraan orang dewasa yang berada tidak jauh dari mereka itu.

"Kenapa ya mommy sama mereka marah banget kalau aku ngomong kasar?" tanyanya heran.

"Karena ..." Dita mengusap dagunya dan berpikir sejenak. "Karena mommy emang tidak suka, itu tidak sopan adek. Jadi nggak boleh ngomong kasar, tapi kalau ngomong jambu boleh!"

Leno hanya memutarnya matanya malas, "Gua tanya apa hubungannya coba! Sekarang lagi bahas kenapa mereka marah, malah ke jambu ujung-ujungnya!"

Tidak ada hubungannya sama sekali. Dita memang aneh, tetapi Leno tidak akan menghakiminya. Dia tidak akan jahat pada anak perempuan.

"Ngantle nih boss! Masa maki-maki cewek, kan nggak boleh!" Leno melihat sekeliling dan mengerutkan keningnya. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa rumah ini nggak banyak yang jaga ya? Nggak kayak di rumahnya Diego. Setiap sisi ada aja yang jaga, terus mereka juga ganti-gantian lagi!"

Masih ada yang berjaga, hanya saja tidak sebanyak orang yang berada di kediaman Diego.

Leno mengerutkan keningnya saat mulutnya tiba-tiba saja sodorkan buah oleh Dita.

"Adek jangan bengong, ini makan buah. Kita main lagi ya, nanti mereka kurung adek lagi kalau adek diam aja, terus mereka peluk adek setiap detik! Terus tanya-tanya yang nggak penting! Terus panggil dokter dan di suruh minum banyak vitamin!" bisik Dita di telinga Leno.

Bibir Leno sedikit naik mendengarnya, ia melirik gadis itu dengan heran. Perkataan Dita ini sungguh membuatnya bingung.

"Tapi kayaknya iya deh, pasti Diego juga pernah lakuin itu ke Dita! Makanya dia hapal banget!" Leno memilih percaya saja. "Hedeh ... bengong pun nggak boleh! Pake segala manggil dokter lagi!"

Kadang Leno berpikir jika keluarga ini sangat berlebihan, mungkin jika Leno terlahir dalam keluarga ini, maka dia tidak akan mempermasalahkan hal ataupun peraturan aneh yang mereka buat.

"Tapi kan gua orang asing ya, miskin juga. Mana tahu peraturan yang kayak gini, apa semua orang kaya gini? Posesif banget sama anak mereka!" Leno mengerucutkan bibirnya. "Lain kali jangan percaya sama ada yang di berita. Kalo di berita semuanya di ceritain yang baik-baik aja. Beda banget sama yang asli, kalo mereka udah tahu sikap asli keluarga Nelson, beuh!! Bakalan ngeri banget, pasti nggak akan lagi muji-muji mereka baik! Karena mereka emang nggak baik!  Mereka pemaksa!"

Salahnya mempercayai berita di internet, andai saja hari itu ia tidak berinisiatif maka hasilnya tidak akan seperti ini.

"Lihatlah apa yang baby lakukan," Askar berdecak. "Kenapa dia dekat sekali dengan Dita? Mommy lakukan sesuatu, aku tidak mau jika dia terlalu dekat dengan baby."

"Memangnya apa yang salah jika Dita dekat dengan baby?"  heran Levanya. "Dita itu baik, hanya saja dia mudah terhasut oleh omanya itu. Bukankah kalian juga tahu jika Dita ada masalah di kepalanya?"

Selagi Dita tidak dekat dengan Clara maka sudah di pastikan dia tidak akan jahat seperti omanya itu.

"Aku tahu, tapi tetap saja aku tidak suka jika dia dekat dengan baby." Askar menghela nafas. "Aku cemburu jika baby lebih dekat dengan Dita dari pada denganku."

Ternyata seperti itu, mereka pikir Askar tidak suka pada Dita karena hal lain, ternyata dia hanya cemburu saja pada Dita.

"Tapi, kenapa tidak ada bodyguard di sini? Kenapa hanya ada beberapa, apa tidak apa-apa? Bagaimana jika nanti dia datang?" Askar berucap, Diego lah yang ia bicarakan.

"Ini semua karena bodyguard di kediaman ini di pindahkan, banyak diantara mereka yang merokok. Ada bayi di sini, jadi kami menyuruh mereka untuk pindah kekediaman lain. Sebentar lagi maid yang berada di luar negeri juga akan datang, jadi jangan khawatir," ucap Levanya.

Mereka mengangguk saja, selama bayi mereka tidak nakal dan berada di pengawasan mereka maka ... tunggu dulu!

"Baby? Baby dimana!"

Mereka semua melihat ke arah Dita, hanya Dita saja yang berada di sana. Di mana bayi mereka, bukankah tadi berada di sini.

Sangking asiknya mereka bicara mereka tidak melihat Leno pergi kemana.

"Dita! Leno kemana?!" tanya Diegar yang berlari ke arah sana.

Dita mendongak, ia menunjuk ke pintu. "Adek masuk, katanya mau pipis. Aku nggak boleh ikut, karena aku cewek!"

Mereka tahu itu, semua orang bisa melihatnya. Tidak perlu memberitahu lebih detail.

"Entah kenapa aku menjadi khawatir." Kairin bergegas masuk ke dalam, instingnya mengatakan jika Leno dalam bahaya.

* * *

Di dalam, Leno yang di bicarakan tengah bingung mencari jalan ke toilet. Kediaman ini lebih besar dari kediaman Diego, ia juga belum terlalu hapal kemana jalannya.

Tidak ada yang bisa di tanyakan karena ia  tak melihat pelayan yang berlalu lalang.

"Hedeh ... kenapa nggak bilang sama mereka aja tadi, kan jadi ke sasar!"

"Sttt ssst ssttt!"

Leno mengerutkan keningnya, ia menoleh ke segala arah karena mendegar suara desisan.

"Di rumah orang kaya ada melihara uler ya?" Leno bergidik ngeri. "Bahaya nih!"

"Bukan ular bodoh! Aku manusia!"

Leno tertegun, ia melihat ke segala arah hingga menemukan seseorang yang bersembunyi di balik vas bunga dan melambaikan tangannya.

"Oh manusia, bilang dong! Kenapa pake ssstt ... ssst ... ssttt! Kan ngiranya uler, ngapain ada di situ!" heran Leno, "Terus ngapain pake masker sama topi? Ngapain pake baju gede, ngapain pake sarung tangan, ngapain ..."

"Diam! Sini kamu! Aku ini mau nyulik Dita! Tapi karena ada kamu, jadi kamu saja! Cepat, nanti kalau ketahuan tidak bisa di culik lagi! Cepat waktunya tidak banyak!"

Leno menaikkan aslinya, matanya menyipit sesaat, dia sedikit familiar dengan suara itu."Nyulik? Gua mau di culik? Suaranya juga kayak ..." matanya berbinar setelah itu! "Wah! Nenek peot! Elo akhirnya dateng nyelamatin gua! Akhirnya! Terima kasih Tuhan! Ayo nek! Ayo culik culik culik aku dong!"

Penyelamatnya sudah datang, Leno begitu senang saat ini, anak baik memang selalu beruntung.

Got an error? Report now
Comments

Comments [0]