"Tu-an ... lepaskan tuan, se-sak ..."

"Matamu buta? Telingamu sudah tuli? Belum bukan, mau kubuat seperti itu, mau kubuat seperti itu!" sergah Diegar, tangannya mencekik leher salah satu bodyguard sekarang.

Beberapa bodyguard yang lain sudah terkapar di lantai, semuanya tentu saja sudah tidak bernyawa.

Semua ini dikarenakan mereka tidak bisa menemukan Leno, dan ternyata Leno sudah di bawa kabur oleh seseorang.

Betapa bodohnya mereka, sudah tahu bodyguard yang lain belum datang, tetapi mereka hanya berjaga di depan.

Lihatlah apa yang terjadi sekarang, bayi mereka hilang begitu saja di bawa oleh orang lain.

"Am-pun tuan ..."

"Dengan kata ampun maka babyku akan kembali?" Kairin mengepal tangannya, matanya berkaca-kaca tetapi ekspresinya tetap datar. "Bisa kembali?" ia mendongak. "Katakan sesuatu? Bisa kembali!!" sergahnya.

Pantas perasannya sudah tidak enak sejak tadi, dan ternyata dugaannya benar-benar menjadi kenyataan. Bayinya sudah di culik dan ini semua karena kecerobohan mereka.

Kairin tidak peduli lagi, dia mengambil kunci mobil yang berada di atas meja mencari Leno.

Askar telah pergi lebih dulu saat mereka mengetahui bahwa Leno telah di bawa oleh seseorang.

Kairin juga akan melakukan hal yang sama, dia juga akan mencari bayinya.

Bagaimana jika nanti Leno terluka, bagaimana jika nanti Leno sengaja di lukai, semua kekhawatiran ada di dalam benak dan hati Kairin saat ini.

"Kau memang tidak berguna." Diegar menusuk leher bodyguard itu tanpa aba-aba. "Aku akan mencari baby, kau tetap lah di sini menjaga anak itu."

Revon yang mendengarnya sedikit tidak terima, biarkan saja Levanya yang menjaganya, "Aku juga ingin mencari cucuku itu! Siapa yang berani menculik baby, benar-benar mencari mati!"

Dari postur tubuh yang mereka lihat dari cctv, dia seperti seorang wanita. Meskipun telah tertutup, mereka masih bisa melihatnya.

"Memang mencari mati!"

* * *

"Na na na ... euy euy euy ... na na na ... euy euy!! Asek bebas bebas  ... asek pulang pulang! Bebas bebas bebas .... asek pulang pulang!"

"Bisakah kau diam! Aku tidak fokus menyetir bodoh!"

Di dalam mobil, saat ini seorang wanita tengah memarahi seseorang yang berada di sebelahnya.

Siapa lagi jika bukan Clara, dia begitu muak saat mendegar nyanyian dari Leno, kenapa anak ini begitu ceria dan tidak takut sama sekali, seharusnya dia takut karena dirinya menculiknya.

"Orang lagi seneng di suruh diem!" cibir Leno, "Dan satu lagi ya nenek peot! Enak aja ngatain gua bodoh, gua ini pinter iya! Gua pernah rangking satu, pernah rangking dua, tiga juga pernah, paling sering sih satu! Terus gua pernah ngikut lomba makan dan dapet juara satu juga, terus ngikut lomba ..."

"Diam diam diam!" teriak Clara. "Aku tidak bertanya kau ikut lomba apa, aku juga tidak peduli dengan prestasimu itu, tidak berguna bagiku! Sudah lah diam saja, jika tidak diam akan ku lakban mulutmu itu!" geramnya.

Leno hanya mencibir, dia sama sekali tidak takut dengan apa yang Clara katakan. Orang tua ini tidak menyeramkan sama sekali, tidak seperti penculik yang berada di film.

"Eh berhenti!!"

Clara mengerem mobilnya karena terkejut, ia menatap ke segala arah. Tidak ada apapun, dia tidak menabrak apapun, kenapa Leno berteriak seperti itu.

"Kau ini kenapa! Mengejutkanku saja!" geramnya. "Sini kamu biar aku lakban!"

"Dih! Dih dih dih! Nggak boleh lakban sembarangan ya!" Leno mengerakkan jari telunjuknya ke kiri dan ke kanan. "Lihat noh!" tunjuknya di sebrang jalan. "Ada warteg, mampir dulu. Laper soalnya."

Leno membuka pintu yang terkunci itu dengan santainya dan pergi begitu saja meninggalkan Clara yang masih ternganga tidak percaya.

"Dia menyuruhku berhenti karena ingin makan! Sialan anak itu!" Clara segera turun, jika tidak menjaga Leno maka dia akan kabur. "Leno!"

"Eits! Setop setop setop! Tidak boleh berisik, nggak liat ada orang, kalo gua teriak elo udah nyulik gua gimana? Mereka bakalan nangkep elo kayaknya," ucap Leno pelan di telinga Clara.

Itu membuat Clara semakin marah, dia menghela nafas sejenak dan ikut duduk bersama Leno.

"Buk makan sini ya, ikan balado, ayam goreng, jengkolnya juga, oh tambah ikan asin. Nenek mau apa?" tanya Leno menawarkan namun Clara hanya menatapnya diam."Ya udah deh sama aja kalo gitu, dua ya buk!"

"Siap! Tunggu sebentar ya!"

"Iya lama nggak apa-apa kok, oh iya pesen sirupnya juga dua!" ucap Leno lagi, dia hanya bersenandung melihat pemandangan yang berada di sekitarnya.

Sudah lama berada di kediaman itu hingga Leno lupa sensasi yang seperti ini, lupa dengan bau asap, lupa dengan panasnya di luar. Sekarang tidak lagi, dia sudah akan bebas dan akan menjalani hari yang indah.

"Kau ..."

"Syuut!" Leno meletakkan jarinya di bibir Clara. "Gua tahu elo mau apa dan tahu elo mau apain gua, tapi sebelum itu. Biarin gua ngomong sesuatu dulu, gua mau ngomong penting tapi jangan di potong-potong, oke!"

Clara berdecih, bisa-bisanya gembel ini memerintahnya, namun apa daya, tidak mungkin dirinya berteriak karena ada banyak orang di sini, entah apa yang bocah ini ingin sampaikan, dia ingin mendengarnya.

Setelah mengambil nafas yang dalam, barulah Leno berbicara."Tahu kan siapa gua? Tahu lah masa enggak, bener gua Leno! Tadinya gua itu anak yang nggak punya orang tua. Karena nggak ada orang tua berarti nggak ada yang bisa ngasih gua makan dong, iya kan? Nah jadi karena nggak ada yang bisa ngasih gua makan, gua gunain otak yang pinter ini buat nyari mangsa dengan muka yang imut ini! Udah tuh, hidup gua udah terjamin dan enak. Tapi karena gua ini baik hati dan tidak sombong, gua malah nggak mau ngerepotin tetangga yang udah bantuin gua selama ini. Bak pahlawan kesiangan, sebuah berita muncul di hp gua pas gua scroll sosmed! Nah dari situ gua tahu siapa itu keluarga Nelson, dan akhirnya gua bikin rencana buat minta duit ke mommy Kairin karena bertepatan pas dia buka restoran yang lokasi nggak jauh dari tempat tinggal gua!"

Leno menghela nafas sejenak, "Tapi sayangnya gua malah terjebak dan nggak bisa keluar lagi! Tadinya gua udah seneng karena Dita itu anak angkat, nggak tahunya dia polos banget orangnya, dan akhirnya! Setelah nunggu lama, dateng juga seseorang yang berhati iblis kayak dirimu ingin membuatku tersingkirkan. Bocah imut nan tampan ini pun menjadi tertarik untuk diusir, dah lah capek. Sampe segitu aja ya ceritanya, kalo diceritain lagi bakalan nggak kelar-kelar, ini aja mulut gua capek ngomongnya!"

Tangannya memegang tangan Clara. " Jadi intinya adalah ... please nenek peot! Gua nggak akan ngambil harta keluarga Nelson! Tapi tolong lah diriku ini untuk kabur dari keluarga pocecif ityu! Anterin diriku pulang kampung sekarang juga pokoknya!" rayunya dengan mata yang berkedip-kedip.

"Apa?!"

Got an error? Report now
Comments

Comments [0]